Minggu, 21 Mei 2017

Hubungan Teori Sastra, Kritik Sastra, dan Sejarah Sastra

Hubungan Teori Sastra, Kritik Sastra, dan Sejarah Sastra.
A.    Teori Sastra
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep atau uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dicek kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Karya sastra bukan bersifat faktual melainkan kebenaran yang bersifat kemanusiaan. Mengapa demikian? Karena karya sastra merupakan deskripsi dari pengalaman diri yang memilki dimensi personal sekaligus dimensi sosial. Artinya, dalam sastra ada pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan yang menimbulkan rasa indah, senang, dan menggugah hati. Dengan membaca karya sastra kita diperkenalkan akan kekayaan-kekaayaan batin yang memungkinkan kita mendapatkan persepsi serta refleksi diri yang dapat diintegrasikan dengan pengalaman nyata hidup kita.

B.     Kritik Sastra
Kritik sastra adalah bagian dari ilmu sastra. Merupakan istilah lain yang sering digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menghindari kata kritik yang terkesan negatif dan terkesan menghakimi. Menurut H.B. Yasin, kata kritik dalam kritik sastra bermakna pertimbangan baik buruknya suatu karya sastra, pertimbangan kelemahan dan keunggulan karya sastra. Melalui kritik sastra, penulis akan mengembangkan dirinya menjadi penulis yang menyadari kelemahan dan sekaligus keunggulan dirinya dalam menghasilkan karya sastra. Setiap pembaca dapat saja membuat kritik terhadap karya sastra yang dibacanya tetapi belum tentu ia dapat masuk ke dalam nilai-nilai hakiki karya sastra tersebut kalau dia tidak mendalami dan menilai pengalaman kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

C.    Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Dengan mempelajari sejarah sastra, kita dapat mengetahui perjalanan sastra dari waktu ke waktu sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Sejarah sastra mempunyai ruang cakupan yang cukup luas. Ada sejarah sastra suatu bangsa, ada sejarah sastra suatu daerah, ada sejarah sastra suatu kesatuan kebudayaan, ada pula sejarah berdasarkan jenis (genre) sastra, adapula sejarah sastra komparatif. Misalnya Sejarah Sastra Indonesia, Sejarah Sastra Cina; Sejarah Sastra daerah; Sejarah Sastra Klasik.

D.    Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
1)      Teori Sastra dan Kritik Sastra
Teori sastra adalah teori yang mempelajari kaidah, kriteria, serta aspek-aspek yang berfungsi untuk masyarakat. Aspek-aspek tersebut ialah aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik karya sastra meliputi konvensi bahasa sebagai sarana sastra serta konvensi budaya itu sendiri. Sedangkan aspek ektrinsik karya sastra ialah hal-hal yang melatarbelakangi dibuatnya karya sastra itu meliputi unsur budaya, aliran, politik, filsafat serta agama. Teori sastra membahas konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan unsur luar lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Dengan begitu, karya sastra memiliki gambaran yang berbeda dengan karya nonsastra.
Kritik sastra berfungsi sebagai kegiatan yang  menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, memberi penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Kritikan diberikan untuk memberikan masukan kepada penulisnya tentang kondisi karya yang dihasilkannya dengan harapan akan menjadi bahan masukan baginya untuk perbaikan selanjutnya. Dengan kata lain, sasaran kritikus sastra adalah penulis atau penghasil karya sastra. Dalam memberikan kritikan-kritikan terhadap karya sastra, kritikus tidak hanya sekedar mengkritik. Kritikus harus mempertimbangkan segala kelemahan dan kelebihan karya sastra dengan memperhatikan dasar-dasar dari teori sastra yang melandasinya dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra yang ditelitinya.
2)      Teori Sastra dan Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Untuk mempelajari perkembangan sastra berbagai cara dilakukan peneliti sejarah sastra. Teeuw mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti sejarah sastra, antara lain:
1. Dengan melihat pengaruh timbal balik antargenre sastra. Misalnya, bentuk syair dalam sastra klasik sering ditulis kembali dalam bentuk prosa,
2. Dengan melihat pengaruh antarkarya sastra. Misalnya, dalam hasil penelitian sastra ditemukan terjadinya kesamaan tema cerita dengan pengembangan yang berbeda. Novel Belenggu, misalnya memperlihatkan transformasi ide tentang keinginan wanita untuk maju yang telah terungkap dalam novel Layar Terkembang pada waktu sebelumnya. Korrie Layun Rampan mengemukakan pula cara untuk melihat perkembangan sejarah sastra Indonesia yaitu dengan membandingkan wawasan estetik, ciri-ciri, karakter, muatan tematik, setiap angkatan sastra. Dengan mempelajari hal tersebut, akan dapat diketahui perkembangan angkatan karya sastra dari waktu ke waktu, dari periode ke periode.
Dari uraian tersebut jelas diketahui bahwa diperlukan teori sastra untuk menentukan perkembangan sejarah sastra. Untuk menentukan pengaruh timbal balik antargenre sastra, perkembangan tematik, ciri-ciri, karakter karya sastra diperlukan teori sastra dalam pengkajiannya. Sebaliknya, secara empiris, perkembangan karya sastra memberikan sumbangan pula terhadap perkembangan teori sastra. Demikianlah, dalam perkembangan sejarah sastra akan terjadi interaksi antara teori sastra dengan sejarah sastra.
3)      Kritik Sejarah dan Sejarah Sastra
Perkembangan sejarah suatu bangsa ataupun daerah diperoleh dari  penelitian yang dilakukan para peneliti sastra yang banyak menunjukkan perkembangan yang meliputi perbedaan ataupun persamaan pada karya sastra dimasa-masa tertentu. Para peneliti sastra membandingkan suatu karya sastra dengan karya sastra lainnya yang berbeda angkatan. Dengan begitu, peneliti menyimpulkan beberapa persamaan dan perbedaan yang muncul dari karya sastra yang ditelitinya.
Jadi, teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra memiliki keterkaitan ataupun hubungan. Teori sastra merupakan landasan awal para peneliti untuk mengkaji karya sastra yang ada. Disamping itu sejarah sastra sudah berkembang dan akan diuji oleh para pengkaji dengan memperhatikan teori sastra yang merupakan landasannya. Kritik sastra juga digunakan oleh para peneliti untuk menelaah, mengulas, dan memberikan penilaian terhadap karya sastra yang dapat menghasilkan persamaan dan perbedaan terhadap karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya. Dengan begitu teori, kritik, dan sejarah sastra memiliki ruang lingkup yang saling berhubungan.

Daftar Pustaka:
Zulfahnur. Lingkup Ilmu Sastra: Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra, serta Hubungan antara Ketiganya: Modul 1. Internet http://repository.ut.ac.id/4735/1/PBIN4104-M1.pdf  diakses pada 16 Mei 2017 pukul 20:03 wita


Jumat, 19 Mei 2017

SINTAKSIS



Sintaksis
A.  Pengertian Sintaksis
Sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sama halnya dengan morfologi menyangkut struktur gramatikal didalam kata. Menurut KBBI, Sintaksis merupakan (1)pengaturan dan hubungan kata atau dengan satuan yang lebih besar, (2) Cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat; (3) sub-sistem bahasa yang mencakup hal tersebut.
1.      Kata
Dalam satuan sintaksis, kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase.
2.      Frasa
Menurut KBBI, Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat. Frasa juga merupakan kelompok kata yang menduduki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan). Macam-macam frasa, yaitu:
1)      Frasa eksosentrik, frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh: frasa di pasar, yang terdiri dari komponen di dan komponen pasar.
2)      Frasa endosentrik, frasa yang komponen pembentuknya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Macam-macam frasa endosentrik, yaitu:
a.       Frasa endosentrik koordinatif
Merupakan frasa yang unsur-unsurnya setara dalam kalimat dapat dihubungkan dengan kata dan, atau.
Contoh: paku palu, guling bantal
b.      Frasa endosentrik atributif
Merupakan frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau.
Contoh: sedang makan, buku lama
c.       Frasa endosentrik apositif
Merupakan frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tidak dapat dihubungkan dengan kata dan, atau.
Contoh: Sita, anak mama Sari sedang berbelanja.
3)      Frasa ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata.
a.       Frasa verbal, satuan bahasa yang terbentuk dari 2 kata atau lebih dengan verba (kata kerja) sebagai intinya dan merupakan klausa (berpotensi menjadi kalimat)
Contoh: Saya sedang makan.
b.      Frasa nominal, satuan bahasa yang terbentuk dari 2 kata atau lebih dengan nominal atau kata benda sebagai intinya dan merupakan klausa.
Contoh: Sita memiliki dua buah buku gambar
c.       Frasa adjektival, satuan bahasa yang terbentuk dari 2 kata atau lebih dengan adjektiva atau sifat sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Contoh: kakakku sangat cantik
d.      Frasa pronomina, satuan bahasa yang terbentuk dari 2 kata atau lebih dengan pronominal atau kata pengganti orang dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Contoh: saya sendiri akan pergi ke kampus.
e.       Frasa numeralia, dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia.
Contoh: tiga ekor anak kucing sedang minum susu.

3.      Klausa
Menurut KBBI, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Contoh: Dara sedang makan
4.      Kalimat
 Menurut KBBI, kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri. Dalam kalimat terdiri dari subyek (pelaku), predikat (perbuatan subyek), obyek (keterangan predikat), dan keterangan (menerangkan pokok kalimat secara menyeluruh).
Contoh: kerbau makan rumput di sawah.


Tugas
Di Riau, Kereta Api Dibangun 2017
PROGRES pembangunan rel kereta api di Batam Kepulauan Riau sudah semakin maju. Dalam rapat yang digelar oleh kementrian dngan stake holder, dikatakan bahwa pembangunannya akan mulai dilakukan pada 2017 mendatang. Anggarannya diperkirakan mencapai Rp 7-8 triliun.
“Rapat terakhir minggu lalu digelar, dalam pembicaraan itu, dari kementerian sudah ngomong, kemungkinan progres pembangunannya dimulai tahun 2017 mendatang.” Kata Imam Bachroni, Direktur Perencanaan dan Teknis BP Batam, Minggu (20/3).
Imam mengaku, saat ini pihak pusat sedang membahas dan merancang skema pembiayaan. Di mana nantinya pembiayaan akan dilakukan pemerintah pusat dan swasta.
“Jadi nanti kan ditentukan, mana yang akan dibiayai pemerinah, dan bagian mana yang akan dibiayai swasta”, katanya.
Meski menurut Imam, untuk pembangunan nanti masih butuh proses. Tetapi yang paling penting adalah persetujuan pembangunan, biaya dan sebagainya bisa segera diselesaikan. Artinya pembangunan infrastruktur di Batam ini akan terus berjalan. Dimana, saat ini sudah mulai dilakukan pembangunan jalan tol. Setelah itu baru dilakukan pembangunan rel kereta api.
Sebelumnnya, I Wayan Subawa, Deputi bidang Perencanaan dan Pembangunan BP Batam juga mengatakan pembangunan kereta api ini sempat ditunda sejak 2015. Tetapi yang ditunda saat itu hanya pembangunan fisiknya, tetapi prosesnya tetap berjalan.
“Progresnya tetap jalan, hanya pengerjaan proyek fisiknya yang diudur. Kita akan terus mendorong pusat untuk segera merealisasikan ini”, katanya.
Sebelumnya I Wayan juga mengaku pembangunan jalan tol di Batam diundur hingga waktu yang belum ditentukan. Dan tahun lalu tidak masuk dalam Musrenbang Nasional di Jakarta. Seperti disampaikan sebelumnya bahwa rencananya, pembangunan jalur kereta api meliputi Batu Ampar-Bandara Hang Nadim. Selain itu, jalur kereta api Tanjung Uncang-Batam Centre.
Sumber: Radar Tarakan, Senin 21 Maret 2016
Analisis frasa yang ditinjau dari segi persamaan dalam berita diatas.
Jawab:
1.      Frasa verbal: semakin maju., butuh proses.
2.      Frasa numeralia:Rp 7-8 triliun.
3.      Frasa nominal: jalan tol



Rabu, 29 Maret 2017

MORFOLOGI


Morfologi
A.                 Pengertian Morfologi
Secara harfiah morfologi adalah ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.
B.                 Proses Morfologi
                        Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Macam-macam proses morfologi, yaitu:
1)   Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi)
        Merupakan nama lain dari morfem terikat (kata yang tidak dapat berdiri sendiri). Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Penggabungan morfem bebas da morfem terikat dapat membentuk kata jadian.
                              a.       prefiks (ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-).
                              b.       sufiks (–kan, –an, –i),
                               c.       infiks (–el-, -em-, -er-),
                              d.       konfiks (ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i,me-kan, me-i, ter-kan, ter-i, ke-an), dan
                              e.       simulfiks (memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i).
2)   Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
     Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana, 1953).
Contoh: a. Keras+kepala = keras kepala
b. Kumis+kucing = kumis kucing
3)   Pengulangan (Reduplikasi)
        Pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah – rumah dari bentuk dasar rumah dan kata sia-sia dari bentuk dasar sia.
·            Cara Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
a.       Pengulangan tidak merubah golongan kata nomina, verb, dan subjek
Contoh : Berkata – kata dari bentuk dasar berkata.
Pada cara ini ada pengecualian yaitu pada imbuhan se- nya. misalnya stinggi – tingginya ini tidak merupakan pengulangan karena kata setinggi – tingginya merupakan kata keterangan.
b.      Bentuk dasar berupa satuan dalam kehidupan bahasa Indonesia.
Contoh : Mepertahan – tahankan
Bentuk dasarnya bukan mepertahankan melainkan mempertahankan, karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa Indonesia.
C. Pengertian Morfem
          Morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil sebagai satuan gramatikal, morfem mempunyai makna.
          Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata, frase, klausa, kalimat. Dalam praktek morfem dapat dikenal dan ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan
Contoh : 
Dalam bentuk fonologis dalam makna dibandingangkan dengan kata:
1)   Di ambil - ambil
2)   Di bawa - bawa
D.   Jenis-jenis Morfem
          Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
Menurut bentuk dan maknanya:
1.             Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua jata dasar tergolong morfem bebas.
2.             Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur- unsur kecil seperti klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat beridiri sendiri, juga tergolong morfem terikat.



DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutawijaya, Alam. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, Hasan, dkk (peny). 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan (Fanologi, Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.



  Tugas:



Morfologi Bebas                                                 Morfologi Terikat

1.    Ia                                                                      1. Menjelaskan
2.    Tahun                                                               2. Selama
3.    Hampir                                                             3. Menjalankan
4.    Hari                                                                  4. Setiap
5.    Dengan                                                            5. Pemerintahannya
6.    Kritik                                                               6. Menerima
7.    Itu                                                                    7. Kritikan
8.    Akan                                                                8. Menurutnya
9.    Koreksi                                                            9. Membawa
10.  Diri                                                                  10. Kebebasan
11. Kata                                                                 11. Dikritik
12. Dia                                                                   12. Dikoreksi
13. Di                                                                     13. Berbahaya
14. Era                                                                   14. Merinci
15.Transparansi                                                     15. Memerintah
16. Dan                                                                  16. Ratusan
17.  Ini                                                                    17. Dilayangkan
18.  Kalau                                                              18. Kepada
19. Pemerintah                                                      19. Dirinya
20. Tidak                                                               20. Diambil
21. Mau                                                                 21. Hikmahnya
22.  Adalah                                                            22. Menjaga
23. Tak                                                                   23. Kebijakkan
24.  Kurang
25.   Lebih
26.   Ribu
27.  Yang
28.  Semua
29. Untuk
30.  Agar
31.  Arah
32.  Dapat
33.  Tepat
34. Salah