SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA
Penelusuran
perkembangan bahasa Indonesia bisa dimulai dari pengamatan beberapa inskripsi
(batu tertulis) atau prasasti yang merupakan bukti sejarah keberadaan bangsa
Melayu di kepulauan Nusantara. Prasasti-prasati itu mengungkapkan sesuatu yang
menggunakan bahasa Melayu, atau setidak-tidaknya nenek moyang bahasaMelayu.
Nama-nama prasasti adalah:
1. Kedukan
Bukit (683 Masehi)
2. Talang
Tuwo (684 Masehi)
3. Kota
Kapur (686 Masehi)
4. Karang
Brahi (686 Masehi)
5. Gandasuli
(832 Masehi)
6. Bogor
(942 Masehi)
7. Pagaruyung
(1356) (Abas, 1987: 24)
Prasasti-prasasti
itu memuat tulisan Melayu kuno yang bahasanya merupakan campuran antara bahasa
Melayu kuno dan bahasa Sanskerta.
1. Prasasti
Kedukan Bukit yang ditemukan di tepi sungai Tatang di Sumatera Selatan, yang
bertahun 683 Masehi atau 605 Saka ini dianggap prasasti yang paling tua, yang
memuat nama Sriwijaya.
2. Prasasti
Talang Tuwo, bertahun 684 Masehi atau 606 Saka, menjelaskan tentang konstruksi
bangunan Taman Srikestra yang dibangun atas perintah Hyang Sri- Jayanaca
sebagai lambang keselamatan raja dan kemakmuran negeri. Prasasti ini juga
memuat berbagai mantra suci dan berbagai doa untuk keselamatan raja.
3. Prasasti
Kota Kapur di Pulau Bangsa dan Prasasti Karang Brahi di Kambi, keduanya
bertahun 686 Masehi atau 608 Saka, isinya hampir sama, yaitu permohonan kepada
Yang Maha Kuasa untuk keselamatan kerajaan Sriwijaya, agar menghukum para
penghianat dan orang-orang yang memberontak kedaulatan raja. Juga berisi
permohonanan keselamatan bagi mereka yang patuh, taat, dan setia kepada raja Sriwijaya.
A.
Peristiwa
Penting menyangkut Perkembangan Bahasa Indonesia
Tahun
1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku – buku bacaan
yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel – novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku – buku
penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit
membantu penyebaran bahasa Melayu dikalangan masyarakat luas.
1. Tanggal
16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertama kalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia.
2. Tanggal
28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia.
3. Tahun
1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
4. Tahun
1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
5. Tanggal
25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia
saat itu.
6. Tanggal
18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang – Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
7. Tanggal
19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
8. Tanggal
28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus –
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan
dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
9. Tanggal
16 Agustus 1972 H.M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972.
10. Tanggal
31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
11. Tanggal
28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang
ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
12. Tanggal
21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang
ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam
Garis – Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat
tercapai semaksimal mungkin.
13. Tanggal
28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira – kira tujuh ratus pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti
Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres
itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
14. Tanggal
28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta
tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong,
India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres itu mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan
disusunnya Undang – Undang Bahasa Indonesia.
15. Tanggal
26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan
Bahasa.
B.
Peresmian
Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang tumbuh terus. Pada waktu
akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa
ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap
dalam struktur.
Pada tanggal 28
Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan
Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 ini berisi tiga butir kebulatan tekad
sebagai berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggibahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
C.
Perkembangan
Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan bahasa
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Adapun ejaan yang kita
gunakan pada saat ini adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Namun sebelum
itutelah digunakan beberapa ejaan yang lain.
1.
Ejaan
Van Ophuijsen
Ejaan ini digunakan sejak tahun
1901 sampai Maret 1974 di Indonesia. Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf latin, ciri-cirinya huruf “I” untuk membedakan antara huruf I
sebagai akhiran dan karenanya harus dengan diftong seperti mulai dengan ramai,
juga digunakan untuk huruf “y” soerabaia. Huruf “j” untuk menuliskan kata-kata
jang, pajah, sajang dan sebagainya. Huruf “oe” untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer, dan sebagainya.
Tanda diakritik
seperti koma, ain, dan tanda, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, akal’, ta’,
pa’ dan sebagainya.
2.
Ejaan
Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal
19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini dikenal dengan nama
Ejaan Soewandi.
Ciri-ciri:
a. Huruf
“oe” diganti dengan “u” pada kata-kata guru, itu, umur, dan sebagainya.
b. Bunyi
Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k” pada bunyi kata-kata tak, pak,
rakjat, dan sebagainya. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti
kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an. Awalan di- dalam kata depan di kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
3.
Ejaan
Melindo (Melayu Indonesia)
Di kenal pada tahun 1959, karena
perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya diurungkanlah peresmian
ejaan ini. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan diresmikan pada tanggal 17
Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan Putusan Presiden
No.57 Tahun 1972.
4.
Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan
pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.
Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No.57 Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan
dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin
dibakukan.
Perubahan:
Indonesia
(pra-1972)
|
Malaysia
(pra-1972)
|
Sejak
1972
|
tj
|
ch
|
C
|
dj
|
j
|
j
|
ch
|
kh
|
kh
|
nj
|
ny
|
ny
|
sj
|
sh
|
sy
|
j
|
y
|
y
|
oe*
|
u
|
u
|
Catatan: Tahun 1947
“oe” sudah digantikan dengan “u”
KONGRES
BAHASA INDONESIA
A.
Kongres
Bahasa Indonesia I
Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia
I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan
budayawan Indonesia saat itu. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunakaan
Ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
B.
Kongres
Bahasa Indonesia II
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai
bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Tanggal 16 agustus 1972
H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaaa Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang
DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Tanggal 31
Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
C.
Kongres
Bahasa Indonesia III
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
D.
Kongres
Bahasa Indonesia IV
Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa IV
di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk mengunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat
tercapai semaksimal mungkin.
E.
Kongres
Bahasa Indonesia V
Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri kira-kira tujuh ratus pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta dan tamu dari negara
sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan
Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara,
yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
F.
Kongres
Bahasa Indonesia VI
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres ini mengusulkan agar pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia,
serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
G.
Kongres
Bahasa Indonesia VII
Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa.
H.
Kongres
Bahasa Indonesia VIII
Pada bulan Oktober tahun 2003, para pakar dan pemerhati Bahasa
Indonesia akan menyelenggarakan Kongres Bahasa Indonesia ke-VIII. Berdasarkan
Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada bulan Oktober 1928 yang menyatakan bahwa
para pemuda memiliki satu bahasa yakni Bahasa Indonesia, maka bulan Oktober
setiap tahun dijadikan bulan bahasa. Pada setiap bulan bahasa berlangsung
seminar Bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan Bahasa
Indonesia. Dan bulan bahasa tahun ini mencakup juga Kongres Bahasa Indonesia.
I.
Kongres
Bahasa Indonesia IX
Dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, 80
tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya Pusat Bahasa, pada tahun 2008
dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diaadakan kegiatan kebahasaan
dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan
serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia
pada tanggal 28 Oktober – I November 2008 di Jakarta.
Kongres tersebut akan membahaa lima hal utama, yakni bahasa
Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan
sastra, serta media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan
menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra
yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia
di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatam untuk memaparkan
pandangannya dalam kongres tahun ini.
Daftar
Pustaka:
Zulkifli,
Erna Wahyuni, M. Thobroni. 2012. Bahasa Indonesia Mengembangkan Keterampilan
Komunikasi Lisan dan Tulis di Perguruan Tinggi, halaman 1-14. Tarakan :
Penerbit Imperium Bekerjasama dengan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Borneo
Tarakan.
Suparlan,
2014. Ejaan Yang Disempurnakan.
Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar