BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU
A.
Pengertian
Bahasa Baku
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah
ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai
sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954:203) mengatakan bahwa bahasa
baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya
melebihi dialek-dialek lainnya, disepakati penutut dialek-dialek lain sebagai
bahasa yang paling sempurna.
Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga
ada dijelaskan.
baku I: (1) pokok,
utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitasatau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan;standar;
baku I: (Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.
baku II: Bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar.
1. Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa
Indonesia baku adalah
salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat
Indonesia secara luas.
2. Fungsi Bahasa Baku
Bahasa
Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu pemersatu, penanda
kepribadian, penambah wibawa dan kerangka acuan.
a)
Bahasa Indonesia Baku berfungsi Pemersatu.
Bahasa
Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai
dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi
satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku
mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan
mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai
penanda kepribadian.
Bahasa
Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa
lainnya. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau
prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai
kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan
bahasa baku. Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia
baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain.
b)
Bahasa Indonesia Baku berfungsi sebagai Kerangka
Acuan.
Bahasa
Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan
adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah
bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia
baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia
baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi
acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian
karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa
sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk
surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
B. Ciri-ciri Bahasa Baku
Ciri-ciri
bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh para
pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain
Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri
bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah ini
setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh
para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
sebagai berikut:
a)
Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia
baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai
bahasa daerah atau dialek.
Misalnya:
1. kata /
keterampilan / diucapkan / keterampilan / bukan / ketrampilan
2. kata / apotek
/ diucapkan / apotek / bukan / apotik
3. kata / senin
/ diucapkan / senin / bukan / senen
4. kata /
kemarin / diucapkan / kemarin / bukan / kemaren
5. kata / malam
/ diucapkan / malam / bukan / malem
6. kata / malas
/ diucapkan / malas / bukan / males
b)
Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan
lain-lain sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
1. Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya itu.
2. Kuliah
sudah berjalan dengan baik.
3. Kelinci memakan wortel.
4. Kami bersepeda di sore hari
5. Audisi
dangdut itu seindonesia
6. Barang yang
lama dijual sangat murah
c)
Konjungsi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
1. Sampai
dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
di anggapnya penipu.
2. Saya ingin
pergi ke Bandung dengan adik.
3. Mama bingung
akan membeli baju atau celana.
4. Dia ingin
bekerja tetapi juga ingin menikah.
5. Via hidupnya
sangat mewah namun dia kesepian.
6. Orang itu
pandai memasak. Bahkan ia bisa
memasak semua makanan.
d)
Partikel –kah, -lah dan –pun sebagai
bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam
kalimat.
Misalnya:
1. Bacalah buku itu
sampai selesai!
2. Bagaimanakah cara kita
memperbaiki kesalahan diri?
3. Bagaimanapun kita harus
menerima perubahan ini dengan lapang dada.
4. Apakah kamu
senang?
5. Berapapun akan aku beli!
6. Siapapun bisa menjadi ketua lokal.
7. Dimanakah aku bisa membeli buku itu?
8. Terimalah hadiah dariku.
e)
Preposisi atau kata dengan sebagai bagian morfologi
bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
1. Saya
bertemu dengan adiknya kemarin.
2. Ia benci
sekali kepada orang itu.
3. Sepupu saya
datang dari Jakarta.
4. Sari
mengatakan ingin pergi ke Jepang.
5. Saya tidak
takut terhadap siapa saja.
6. Perpustakaan
itu dibangun oleh pemerintah daerah.
7. Kejakanlah sampai semuanya selesai!
f)
Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai
dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Misalnya:
1. Mereka-mereka
itu harus diawasi setiap saat.
2. Semua
negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
3. Suatu
titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
4. Macam-macam buah terlihat enak.
5. Satu-satu aku sayang ibu.
6. Huruf-huruf China itu terlihat sulit.
7. Mereka
terlihat jalan-jalan bersama.
g)
Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam
kalimat.
Misalnya:
1. Saya – Anda bisa bekerja
sama di dalam pekerjaan ini.
2. Aku – Engkau sama-sama berkepentingan
tentang problem itu.
3. Saya –
Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
4. Aku – Kamu bisa pergi
ke lantai atas sekarang
5. Saya – Anda bisa mencoba terlebih dahulu
h)
Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja
sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
1. Surat
Anda sudah saya baca.
2. Kiriman
buku sudah dia terima.
3. Ruangan
belajar sudah saya siapkan.
4. Undangan
pernikahan itu sudah saya kirim.
5. Kaca jendela
sudah mereka bersihkan.
6. Makan malam sudah kami hidangkan.
7. Cerita itu sudah saya dengar.
i)
Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bagian kalimat
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.
Misalnya:
1. Saudaranya
2. Dikomentari
3. Mengotori
4. Harganya
5. Semuanya
6. Dijual
7. Melihat
8. Dibuat
9. Sepupunya
j)
Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai
bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
1. Kepala
Kantor pergi keluar negeri.
2. Rumah orang
itu bagus.
3. Bapak
memanjat pohon.
4. Adik sedang
bermain di taman.
5. Saya sedang
menyuci baju.
6. Kami pergi
ke pasar swalayan.
7. Sita sedang
melukis di kelas.
k)
Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia
baku di dalam kalimat.
Misalnya:
1. Mereka
sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis
data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
2. Saya tertawa
sampai terpingkal- pingkal
3. Ayah pergi
ke kantor.
4. Mama
membuatkan kami nasi goreng.
5. Ali tidak
lulus ujian, karena tidak belajar.
6. Semua
temanku telah pulang, ketika aku datang padahal hari masih cerah.
l)
Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana,
memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silakan, menjadikan, teratas, teratur, berputar, melayang.
m) Ejaan resmi
sebagai bagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan.
n)
Peristilahan baku sebagai bagian bahasa Indonesia baku
dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba,
1996 : 63 – 64).
C. Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah
bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam tak baku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto
berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya,
yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah
berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa
memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan
yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan
di lingkungan tidak resmi.
Bahasa
Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam
bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara
luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara
khusus.
Daftar
Pustaka:
Zainal Nusyirwan. 2013. Bahasa baku
dan Non Baku dalam Bahasa Indonesia. (online) http://zainalnusyirwan.blogspot.co.id/2013/04/bahasa-baku-dan-non-baku-dalam-bahasa.html
Vicosta Efran. 2011. EYD Ejaan Yang
Disempurnakan dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: JAL Publishing.
Fatya Permata Anbiya. 2010. Panduan
EFD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Transmedia.
Rukanah. 2016. Penggunaan Kata Baku
dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia. (online) https://rukanahep.wordpress.com/2016/04/05/makalah-penggunaan-kata-baku-dan-tidak-baku-dalam-bahasa-indonesia/
20
Contoh Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
No
|
Bahasa
Baku
|
Bahasa
Tidak Baku
|
Contoh
Kalimat (Bahasa Baku)
|
1.
|
Kemarin
|
Kemaren
|
Kemarin
siang saya membeli buku
|
2.
|
Saja
|
Aja
|
Kamu
kemana saja?
|
3.
|
Tahu
|
Tau
|
Dia
tahu semuanya
|
4.
|
Malam
|
Malem
|
Malam
tahun baru sangat meriah
|
5.
|
Hangat
|
Anget
|
Teh
itu masih hangat
|
6.
|
Senin
|
Senen
|
Upacara
bendera dihari Senin
|
7.
|
Malas
|
Males
|
Ucok
sangat malas
|
8.
|
Sudah
|
Udah
|
Tugas
saya sudah selesai
|
9.
|
Belum
|
Belom
|
Mereka
belum makan
|
10.
|
Karena
|
Karna
|
Saya
makan karena lapar
|
11.
|
Tidak
|
Enggak
|
Jawabannya
tidak masuk akal
|
12.
|
Berkata
|
Bilang
|
Dosen
itu berkata “tidak”
|
13.
|
Mengapa
|
Ngapain
|
Mengapa
kamu terlihat murung?
|
14.
|
Baru
saja
|
Barusan
|
Baru saja saya
belajar
|
15.
|
Berbicara
|
Ngobrol
|
Kami
berbicara empat mata
|
16.
|
Selagi
|
Mumpung
|
Selagi
ada waktu luang mari belajar
|
17.
|
Lelah
|
Capek
|
Saya
merasa lelah
|
18.
|
Membuat
|
Bikin
|
Rina
membuat kue
|
19.
|
Hanya
|
Cuma
|
Pensil
saya hanya satu
|
20.
|
Uang
|
Duit
|
Mama
memberi saya uang baru
|
Terima kasih, sangat bermanfaat...
BalasHapusMy blog